Minggu, 25 September 2016
membendung sniper (konflik poso)
Membendung Sniper Liar di Ambon Ketika konflik di Ambon berubah menjadi konflik horizontal dan memicu perang saudara, satu Peleton (35 orang) Bravo di terjunkan. Tim Bravo yang tergabung dalam Batalyon Gabungan I (Yon Gab I) dikirim bersama pasukan elit lainnya, Marinir dan Kopassus. Sebelum berangkat, Yon Gab I melakukan persiapan dengan latihan bersama di Bhumi Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan. Satu bulan berlatih, Yon Gab I yang dalam operasi tempurnya memakai pakaian loreng TNI AD segera di berangkatkan ke Ambon. Begitu Mendarat, Yon Gab I langsung dihadapkan pada situasi pertempuran yang sesungguhnya. Pihak-pihak yang bertikai, Kelompok Merah dan Kelompok Putih, memiliki senjata yang mematikan. Apalagi setelah gudang senjata Brimob di Galala berhasil di bobol dua pihak yang bertikai. Senjata organik TNI mulai dari senapan serbu, pistol organik, dan peluncur granat, setiap hari digunakan dalam pertempuran. Tugas Yon Gab 1 menjadi demikian berat karena harus mampu menyekat dua pihak yang bertikai sekaligus menghadapi tanggapan non kooperatif dari masyarakat setempat. Dalam berbagai petempuran yang terjadi di kawasan Kairatu, Gemba, Masohi, Ambon dan lainnya, Yon Gab I selalu berhasil mengendalikan situasi meskipun harus kehilangan seorang personil dari kopassus. Tim Bravo yang tergabung di Peleton 3 meskipun tidak mengalami korban jiwa, tetapi mengalami musibah. Komandan Peletonnya, Lettu Psk Marsono terkena ledakan granat dan harus ditarik dari medan tempur. Akibatnya cukup serius. Tim Bravo untuk sementara tidak mempunyai komandan. Markas Bravo segera bertindak dan secepatnya mengirim komandan baru, Letda Psk Dodi Irawan. Pengiriman Letda Dodi termasuk unik dan nekat. Perwira yang pernah berlatih dengan Kopassus itu diterjunkan seorang diri. Tiba di Bandara Pattimura, Ambon, Letda Dodi berusaha keras bergabung dengan pasukannya. Perlu perjuangan dan harus menembus berbagai pertempuran sengit sebelum sang Letnan bisa bergabung. Akhirnya setelah berhasil bergabung dengan Kompi A, Letda Dodi bergabung dengan Tim Bravo dan segera memimpin operasi. Salah sau tugas pertempuran yang di laksanakan Bravo adalah perang countersniper. Maklum dalam situasi porak-poranda, sejumlah sniper liar kerap mengancam pasukan Yon Gab I. Setelah 10 bulan bertugas dan kehadiran Yon Gab I diterima masyarakat, keadaan kota Ambon berangsur membaik. Kedamaian itu tidak berlangsung lama. Situasi genting pecah lagi oleh penembakan-penembakan terarah di kawasan Mardika dan di tujukan kepada Marinir dan Yon Gab I. Para Komandan Yon Gab I heran, karena penembakan gencar selalu diarahkan ke posisi mereka dan berasal dari berbagai arah. Pada malam hari tembakan yang di tujukan kepada Yon Gab I dan Marinir yang hanya bertahan, justru makin gencar dan berasal dari gedung-gedung. Pangdam XVI Pattimura Brigjen TNI I Made Yasa tak mau tinggal diam. Panglima akhirnya mengizinkan Yon Gab I melakukan tindakan bela diri. Lewat operasi intelijen akhirnya bisa diketahui bahwa tembakan gencar itu berasal dari pasukan liar yang terkoordinir oleh komando gelap. Operasi tempur yang menargetkan pusat komando gelap pun di gelar. Sasaran jelas Hotel Wijaya II. Dalam formasi penyergapan, Tim Bravo mendapat tugas menyerbu langsung ke dalam hotel. Mereka bertanggung jawab melumpuhkan satuan komando liar yang di yakini pengoordinir serangan gelap. Rupanya formasi Yon Gab I sudah di ketahui para penyerang. Akibatnya hujan tembakan menerjang mereka. Berkat latihan keras dan kemampuan tempur tinggi, secara pelahan Tim Bravo berhasil mendekati lokasi hotel dan melakukan pengepungan. Mendapat perlawanan dari dalam hotel, kontak senjata berakibat melumpuhkan para perusuh yang ternyata memang benar bermarkas di hotel. Hasilnya cukup mengejutkan. Markas komando liar itu di kontrol perwira TNI dan Polri lengkap dengan perangkat pos komando, amunisi dan sejumlah senjata laras panjang standar. Setelah berhasil meringkus dalang perusuh yang bermarkas di Hotel wijaya II, situasi Ambon langsung reda. Sebulan kemudian Yon Gab I di tarik dari Ambon dan mendapat penghargaan tinggi dari Pangdam XVI Pattimura.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar