SANG HANTU LAUT KKO-MARINIR INDONESIA DALAM 65 th PENGABDIAN
Lagu Pelaut
Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda berani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
29 Desember 1963. Satu unit kecil pasukan baret ungu mengendap-endap di kedalaman hutan Kalimantan, 50 kilometer perbatasan Sabah. Semangat Dwikora terpanggul pada pundak Kopral Rebani dan Kopral Subronto. Mereka adalah anggota IPAM yang memimpin penyusupan ke Malaysia. Tak berapa lama berselang, mereka telah merayap mendekat di Kalabakan. Sebuah pos pertahanan Malaysia berdiri di sana, melakukan patroli rutin di perbatasan.
Dalam hitungan yang matang, pasukan Rebani mulai menggasak pos pertahanan, diikuti pasukan Subronto yang melindungi gerak maju pasukan di depannya untuk memukul pasukan-pasukan Malaysia di pos tersebut. Dalam pertempuran jarak dekat itu, sebanyak 41 pasukan Rejimen Askar Melayu Diraja diantaranya 8 tewas dan 18 luka-luka, sisanya melarikan diri. Dalam sekejap, pos pertahanan di Kalabakan berhasil dilumpuhkan –dalam sejarah Malaysia, peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Kalabakan.
Namun, pada Januari 1964, dalam perjalanan di sebuah perairan Tawao, rakit-rakit yang ditumpangi pasukan Kopral Rebani dan Kopral Subronto dipergoki kapal Inggris. Baku tembak tak terhindarkan. 24 anggota KKO tewas, termasuk Kopral Rebani dan Kopral Subronto. Tiga yang selamat adalah Kelasi Satu Rusli, Suwadi dan Bakar dicokok pasukan Gurkha di pantai saat mengumpulkan jasad teman-temannya ke darat.[1]
Kisah-kisah pantang menyerah para marinir di era Presiden Soekarno memberikan dampak yang luar biasa pada mental dan harga diri bangsa. Operasi-operasi pertempuran dan penyusupan sering dilakukan. Mereka dikenal cepat, taktis dan senyap dalam melakukan manuver-manuver penyerangan ke dalam wilayah musuh. Tak hanya membuka jalur penyerbuan ke kantong-kantong pertahanan musuh, namun juga mampu melakukan operasi rahasia yang memiliki efek kejut luar biasa. Meski beberapa berakhir dengan tewasnya pasukan-pasukan marinir yang terkenal tangguh tersebut.
Kemahiran marinir bukanlah dongeng pengantar tidur belaka. Fakta bahwa Indonesia sebagai negara maritim pernah memiliki kekuatan tempur di lautan yang mengagumkan. Pelbagai kisah yang dituturkan betapa heroiknya marinir pada masa Soekarno. Sebuah masa di mana marinir menjadi disegani dan sangat ditakuti oleh negara-negara tetangga. Karenanya marinir sebagai “Pasukan yang lahir untuk mendarat dan menyerbu!”
Selamat HUT MARINIR Indonesia ke 65
JALESU BHUMYAMCA JAYAMAHE
di darat dan dilaut kita Jaya
Bravo Marinir-Bravo TNI
[1] Diadaptasi dari tulisan Kisah Heroik KKO Dwikora, dinukilkan dari postingan Merkava, Forum.kafegaul.com yang bersumber dari Tempo. Lihat juga dengan judul yang sama di www.hukumpolitik.com
di unggah dari Buku "Hantu Laut KKO-Marinir Indonesia" segera terbit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar