Ebu Gogo, Kisah Para Hobbit Dari Flores Indonesia
74 Maret 2013
Beberapa waktu lalu, film Hobbit muncul di bioskop-bioskop tanah air. Cerita tentang orang-orang berukuran pendek yang sebelumnya hadir di film legendaris The Lord of The Ring. Saya sendiri sampai saat ini belum menontonnya, karena file filmnya sedang didownload dan masih tersisa 7 jam lagi. Penasaran sih iya, tapi ternyata cerita tentang kisah orang-orang pendek ini juga ada di Indonesia, tepatnya di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Legends of the Ebu Gogo
Ebu Gogo digambarkan sebagai sosok yang berukuran kecil, jahat, rakus, bahkan sesekali mereka bisa melahap bayi manusia. Ebu Gogo memiliki tubuh yang ditutupi rambut, perut besar, dan telinga yang menonjol. Cara berjalan mereka seperti canggung, dan mereka berkomunikasi secara bergumam namun dikatakan bisa menirukan suara manusia.
Di banyak kasus di dunia, kisah-kisah seperti ini mungkin diperuntukan bagi anak-anak nakal untuk kemudian membuatnya ketakutan. Dan di Flores pun sepertinya sama seperti itu, budaya Indonesia sama seperti yang lain, memiliki cerita rakyat tentang hantu, orang kecil, dan makhluk misterius.
Cerita rakyat ini diturunkan lewat mulut dari generasi ke generasi. Orang-orang desa di Indonesia menceritakan tentang makhluk mirip kera yang berjalan seperti laki-laki. Beberapa ilmuwan percaya bahwa cerita rakyat Ebu Gogo mungkin ada hubungannya dengan Homo floresiensis tetapi tidak ada bukti kuat untuk mendukung teori ini.
Namun, menurut legenda, Ebu Gogo menghilang sekitar 400 tahun yang lalu ketika para penjajah dari Belanda dan Portugis datang.
The Hobbit, An Unexpected Creature
Richard Roberts, penemu Hobbit, mengatakan, cerita rakyat tentang Ebu Gogo ini kemungkinan nyata.
Dia bercerita, "Ketika aku kembali ke Flores awal bulan ini, kita mendengar kisah-kisah paling menakjubkan dari sosok kecil, berbulu, yang mereka sebut Ebu Gogo. Kisah yang mengandung rincian yang paling menakjubkan. Sedemikian rinci sehingga Anda bayangkan mestinya ada sebutir kebenaran di dalamnya.
"Salah satu tetua desa mengatakan kepada kami bahwa Ebu Gogo memakan segala sesuatu yang mentah, termasuk sayuran, buah-buahan, daging, dan, jika mereka mendapat kesempatan, bahkan daging manusia. Ketika makanan disajikan kepada mereka, mereka juga memakan piringnya, yang terbuat dari labu. Penduduk desa mengatakan bahwa Ebu Gogo sering menyerang tanaman mereka, yang masih mereka maafkan, tetapi memutuskan untuk mengusir mereka ketika Ebu Gogo Ebu mencuri, dan memakan, salah satu dari bayi mereka.
"Mereka melarikan diri dengan membawa bayi ke gua mereka yang berada di kaki gunung berapi, beberapa puluh meter dari tebing. Penduduk desa menawarkan mereka rerumputan kering sebagai makanan persembahan, yang dengan penuh syukur diterima. Namun beberapa hari kemudian, penduduk desa kembali dengan rerumputan kering yang dibakar yang kemudian mereka lemparkan ke dalam gua.
"Ebu Gogo berlari keluar, terbakar tapi masih selamat. Terakhir terlihat menuju ke arah barat, ke arah Liang Bua, di mana kami menemukan Hobbit. Ketika rekan saya, Gert van den Bergh, pertama kali mendengar cerita ini satu dekade lalu, dimana beberapa desa di sekitar gunung berapi tidak begitu banyak berubah, dia pikir cerita ini tidak lebih baik dari cerita leprechaun sampai kita berhasil menggali Hobbit.
"Rincian anatomi dalam legenda ini sama menariknya. Mereka digambarkan memiliki ukuran sekitar satu meter, dengan rambut panjang, perut buncit, telinga yang sedikit menonjol, gaya berjalan sedikit canggung, dan lengan ditumbuhi rambut.
"Mereka, Ebu Gogo, bergumam satu sama lain, dan bisa mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh penduduk desa. Misalnya, kita mengucapkan, 'ini ada beberapa makanan', mereka akan menjawab, 'ini ada beberapa makanan'. Mereka juga bisa memanjat pohon.
"Tetapi, di sini intinya, mereka tidak pernah terlihat memegang alat batu atau sesuatu yang seperti itu, sedangkan kita memiliki banyak artefak canggih di tingkat H. floresiensis di Liang Bua. Itulah inkonsistensi yang terjadi pada kasus ini.
"Sebuah letusan gunung di Liang Bua, di bagian barat Flores, mungkin telah membinasakan para hobbit sekitar 12.000 tahun yang lalu, tetapi mungkin juga mereka mampu bertahan dan bermukim di bagian lain pulau. Penduduk desa mengatakan bahwa hobbit terakhir terlihat sebelum desa pindah lokasi, jauh dari gunung berapi, tidak lama sebelum penjajah Belanda menetap di bagian tengah Flores, pada abad ke-19.
"Lalu, apakah Ebu Gogo masih ada? Pencarian di gua-gua masih akan terus dilanjutkan, karena sisa-sisa rambut yang hanya beberapa ratus tahun, pasti akan bertahan, tersangkut di dinding gua atau di beberapa tempat lainnya, dan hal ini akan memudahkan dalam analisis DNA. Menariknya, kami menemukan gumpalan kotoran dengan rambut hitam di dalamnya, tapi belum tahu apakah mereka berasal dari manusia atau sesuatu yang lain".
Ada video yang menggambarkan Ebu Gogo ini, silakan ditonton.
Penutup
Bagi para die-hard-fans The Lord of The Ring series, memang bakal tidak asing mendengar kata Hobbit. Kisah yang sangat menarik, bahkan saya menontonnya sudah berulang kali dan tidak pernah bosan. Dan ternyata, JRR Tolkien tak sembarangan mengarang cerita, karena bisa saja inspirasinya adalah Ebu Gogo, mitos orang pendek dari Pulau Flores, Indonesia. Dan sepertinya, kita harus kembali bangga menjadi warga Indonesia.
Sumber: www.primates.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar